Manado,Kp- Sejak awal tahun 2016 hingga kini, International Federation of Journalist (IFJ) mencatat sebanyak 107 orang jurnalis telah dibunuh di berbagai belahan dunia, dan lebih dari 90 persen dari jurnalis yang dibunuh adalah lokal jurnalis.
Hal ini mengindikasikan adanya krisis terhadap keamanan jurnalis itu sendiri.
Adanya hal, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menggelar Safety Journalist Training di Manado, Jumat–Minggu 27–29 Oktober 2017. Sejumlah jurnalis anggota AJI dari beberapa kota seperti Ternate, Gorontalo, Mandar dan Makasar menjadi peserta dalam kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Lagoon Manado. “Pelaksanaan ini merupakan praktik terbaik dan membangun kapasitas kalangan jurnalis mengenai mekanisme keamanan bagi jurnalis,” ungkap Ketua Bidang Advokasi AJI Manado, Asrar Yusuf didampingi Sekretaris, Fernando Lumowa.
Dikatakan, training itu juga untuk mendokumentasikan praktik terbaik yang pernah dialami oleh AJI dan anggotanya dalam hal advokasi dan keselamatan jurnalis.
“Selain itu membuat jaringan lokal dan global di tujuh negara yang dipilih untuk persoalan keselamatan jurnalis,” terangnya.
Diketahui, Perlindungan bagi jurnalis masih lemah, itu juga dengan penindakan untuk keadilan terhadap pelaku kekerasan. Berdasarkan data dari UNESCO, kurang dari 1 dalam setiap 10 kasus pembunuhan jurnalis yang sampai ke pengadilan, dan 92 persen insiden yang menggunakan kekerasan untuk menekan kebebasan pers dan berekspresi tidak ditindaklanjuti.
Sejumlah pemateri yang hadir dalam kegiatan ini adalah Aryo Wisanggeni, Victor mambor, dan Jufry Asmaradhana.
(tian)